review resident evil 5

Game yang akan kami review kali ini sudah memulai debutnya di tahun 1996 dan memiliki jutaan penggemar setia yang selalu menanti-nantikan kelanjutan ceritanya. Dalam game tersebut kita akan berhadapan dengan serangan zombie dan monster-monster lainnya, pasti kalian sudah menduga game apa yang akan kami review kali ini. Yak betul sekali, game yang kami maksud adalah Resident Evil 5.



Resident Evil 5 sudah menjadi hype tersendiri di dunia game, nama besar serial Resident Evil atau Bioharzard seperti sudah menjadi jaminan mutu. Bahkan bisa dibilang serial Resident Evil tidak pernah tampil mengecewakan. Prestasi tersebut rupa-rupanya diwariskan ke Resident Evil 5 sebagai seri pertama yang singgah pada konsol next-gen sama seperti Devil may Cry 4 yang dirilis pada awal tahun 2008 kemarin.

Di Resident Evil 5 kita akan berperan sebagai Chris Redfield yang sudah menjadi anggota BSAA (Bioterrorism Security Assessment Alliance). Kali ini Chris berpasangan dengan Sheva Alomar bukan Jill Valentine. Kayaknya mentang-mentang Chris masuk ke BSAA dan memiliki waktu libur yang lebih lama dari Leon, Chris yang tampil di Resdient Evil 5 memiliki otot yang lebih kekar dan dada yang lebih bidang dari Carlos Olivera sekalipun. Saking kekar dan berototnya badan Chris, kami sampai-sampai mengharapkan Chris terpeleset lidah dan meneriakkan Tatsumaki Senpu Kyaku atau Shoryuken (abis ototnya mirip dengan milik para karakter SF IV sih!).

Selama bertualang di Afrika Chris harus bahu membahu dengan Sheva untuk melawti rintangan ataupun mengalahkan para Majini (Plagas). Nama Plagas kembali dibawa-bawa di Resident Evil 5. Jadi bisa dipastikan kalau mahluk penyebab mutasi aneh dan mengerikan yang ada di sini bukanlah virus melainkan para parasit yang dulu pernah dihadapi oleh Leon. Para Uroboros/Majini (Plagas Type 2) langsung tumbuh menjadi dewasa, tidak seperti para Ganados yang mengalami fase anak-anak, loh kok jadi spoiler ya. Yang jelas Resident Evil 5 memiliki fitur offline co-op mirip dengan serial Gears of War, fitur ini sedikit banyak menghilangkan rasa horor dan survive yang ada di Resident Evil. Tapi enggak apa-apa, toh sebagai gantinya kita akan disuguhi aksi yang intens dan ketegangan yang tidak ada habis-habisnya.

Aksi Chris dan Sheva sepanjang permainan, sangat kental dengan unsur run and gun. Saking kentalnya, sampai-sampai kami merasa kalau Resident Evil 5 banyak sekali kehilangan unsur puzzle yang dulu biasanya menghiasi sepanjang permainan. Yah walaupun run and gun yang ada di sini bukan run and gun dalam arti sesungguhnya, sebab kita harus berdiri mematung saat ingin menembak musuh (mirip dengan cara Leon menembak di Resident Evil 4). Aksi yang sangat dominan di Resident Evil 5 untungnya didukung dengan banyaknya jenis persenjataan. Kita akan berhadapan dengan senjata bilogis yang canggih, jadi tidak ada salahnya kalau kita mempersiapkan diri dengan senjata-senjata yang sedikit lebih tradisional seperti peluru, granat ataupun roket dalam jumlah yang cukup banyak. Semua persenjataan tersebut bisa kita upgrade agar lebih efektif dan menyakitkan bagi para zombie, walaupun jujur saja kami masih mengharapkan kalau Chris tiba-tiba terpeleset lidah dan berteriak Hadouken sambil mengeluarkan bola api kebiruan (Tetep! Ngarep).
Peran Sheva dalam permainan bisa diisi oleh teman, baik secara split screen, system link ataupun online. Bila kita tidak memiliki ketiganya, alias teman lagi sibuk konsol terbanned ataupun internet lemot, peran Sheva bisa digantikan oleh AI. AI Sheva cukup pintar mengikuti pergerakan kita, walaupun sangat royal menghambur-hamburkan peluru. Jadi sebaiknya belikan Sheva senjata yang cukup ampuh menghabisi musuh dari jarak dekat seperti shotgun supaya dia tidak terlalu menghambur-hamburkan peluru yang kita miliki.
Bila AI Sheva agak bodoh karena boros, maka AI musuh jauh lebih bodoh lagi. Mereka sering sekali berlari ke arah kita kemudian terdiam minta ditembak atau malah kadang mereka berlari ke arah yang tidak semestinya. Satu-satunya yang menakutkan dari para Oboros adalah kelincahan dan daya tahan yang mereka miliki pada monster tipe tertentu. Khusus untuk para Ganados, mereka lebih sering merepotkan Chris karena jumlahnya dan cara berburu mereka yang keroyokan. Jadi bisa diambil kesimpulan kalau para AI dalam Resident Evil 5 membaik bila dibandingkan Resident Evil 4, tetapi tetap tidak bisa dibilang sempurna.

Kalau ditilik dari grafis, Resident Evil 5 memiliki grafis yang sangat aduhai secara artistik maupun teknik. Ketajaman gambarnya memanjakan mata apa lagi detil lingkungannya, dijamin kamu akan terkesima dengan suguhan grafis yang dimiliki oleh Resident Evil 5. Framerate dalam game ini juga tidak mengalami drop walaupun banyak musuh yang tampil di satu layar, hal ini tentu bisa menjadi sebuah bukti kalau Capcom memang selalu memoles waralaba andalan mereka agar selalu tampil prima. Dari sisi suara, tidak ada keluhan yang berarti menimpa Resident Evil 5, paling hanya masalah dialog yang kurang ekspresif dan mengena, sisanya patut untuk dipuji
Setelah memainkan Resident Evil 5 sampai tamat, rasa-rasanya tidak kekurangan yang patut dicela kecuali AI yang masih bodoh. Resident Evil 5 bisa menjadi contoh bagaimana sebuah waralaba dipertahankan, walaupun ada isu kalau Resident Evil 6 akan mereboot segalanya. Sebelum itu terjadi, mari kita memainkan Resident Evil 5 sambil menerka-nerka, kira-kira game ini akan menjadi apa di masa depan. Apakah jadi di reboot atau tidak, yang jelas Resident Evil 5 wajib dimiliki oleh siapapun pemilik konsol next-gen terutama bagi yang menyukai ketegangan dan potong-memotong zombie. 



No Response to "review resident evil 5"

Leave a Reply

makasi atas saran dan infonya

 
powered by Blogger | For Blogservices